Menjelajah Alam Digital Yang Luas
Resume 14
Pelatihan GMLD1
Narasumber ;Maesaroh MP.d
Moderator ; Ms Phia
Graup ; 6
Menjelajah Alam Digital yang Luas
Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi
penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan
beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan
akuntabel. Cerdas ber media sosial berarti cerdas ber literasi. Perlu edukasi
yang massif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu dapat
dengan mudah memahami informasi dengan benar.
Apa saja yang kecakapan dalam dunia digital?
Empat Pilar atau Dasar dalam memahami
literasi digital.
Menjelajahi dunia digital tentu perlu
kecakapan, agar kita mampu memiliki wawasan yang luas. Tak hanya luas dalam
menjelajahi dunia maya saja. Tetapi juga luas secara intelektual.
Empat Pilar dalam
mengembangkan Literasi Digital:
Digital Culture, cakap bermedia digital
dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi
menuju seluruh dunia
2. Digital Safety, cakap dalam melindungi diri
dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.
3. Digital Ethics, etis dalam menggunakan
dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar
informasi hoaks
4. Digital Skill, cakap secara tehnologi dalam
menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan.
Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap
dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing
software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation,
Use of social media.
Menjelajah alam digitalatau alam maya. Adalah
sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya
(jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi.
Seperti yang kita ketahui alam media digital
yang kerap kali kita gunakan, adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter
serta perangkat google dengan segala produknya.
Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui
sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat
pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah
aplikasi, tetapi anak muridnya sudah mahir menggunakan medsos.
Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital
bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang
memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak
muda hususnya para pelajar.
Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti
yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik. Usia remaja adalah masa peralihn dari kanak-kanak menuju dewasa yang
dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16
tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya
implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia
dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting
untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada pergeseran pembangunan
pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21
yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan.
Pemahaman literasi digital yang buruk akan
berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina
orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi,
terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara
dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang
menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi.
Apabila penggunaan piranti digital terlampau
tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue.
Ciri-ciri Digital Fatigue
- Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital
seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital
lain.
- Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
- Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
- Sakit kepala dan migrain.
- Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
- Sensitif terhadap cahaya.
- Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.
- Merasa putus asa dan tidak berdaya.
- Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
- Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.
- Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.
Untuk itu seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam
pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa
kita terhubung pada dunia yang lebih luas.
Apabila di jaman sekarang dan di masa -masa Covid 19 .guru mau dan tidak mau haris bisa dan jamannya digital.
1. Photo visual literacy.
Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.
2. Reproduksi literacy.
Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan
karya baru dari pekerjaan.
3. Percabangan literacy.
Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari
ruang digital.
4. Informasi literacy.
Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi
secara kritis informasi yang di temukan di web.
5. Sosio-emosional literacy.
Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional
yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan
berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.
Delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital:
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.
2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi
di dunia digital.
5. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.
7. Krisis dalam menyikapi konten.
8. Bertanggungjawab secara sosial.
yaitu yaitu pemahaman ragam konteks.
Sadar atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain.Dari sekian media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.
1. Perhatian.
Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika
dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat.
Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit
untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.
2. Partisipasi.
Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi
merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat
menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu
netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial
yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan
pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa
memberikan posting-an.
3. Kolaborasi.
Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja
sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat
dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan
masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.
4. Kesadaran jaringan.
Jaringan sosial saat ini diperluas dengan
adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup,
komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman
mengenai sosial dan jaringan teknis.
5. Pemakaian secara kritis.
Pemakaian secara kritis adalah evaluasi
tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai,
mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada
baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi
tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.
Literasi media sosial merupakan suatu
keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media
sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan
memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang
dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial
memiliki akronim sebagi berikut:
1. Sharing views
2. Optimizing
Knowledge
3. Collaborating on
projects
4. Investigating
new ideas
5. Advocacy for
your service provision
6. Learning from
others
7. Making new
connections
8. Enhancing your
practice
9. Debating the
future
10. Inspirational
support
11. An essensial
tools for your information toolbox.
Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur.
Membangun mental digital berarti membangun
karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045. Generasi milenial dalam
dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa
depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat
ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.
Sarat cerdas berliterasi digital adalah
memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung tinggi dan harus
menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter
yang perlu ditanamkan diantaranya:
1. Nilai
Kejujuran.
2. Nilai
Semangat.
3. Nilai
Kebersamaan atau Gotong royong.
4. Nilai
Kepedulian atau solidaritas.
5. Nilai
Sopan santun.
6. Nilai
Persatuan dan Kesatuan.
7. Nilai
Kekeluargaan.
8. Nilai
Tanggungjawab.
Rusmana
ST MM M.Si dari SMKN 5 jakarta


Komentar
Posting Komentar