Inovasi Merdeka Belajar Dan Merdeka Mengajar
Febuari ceria PGRI ke 28
Bab 3.2.Proses Merdeka Belajar
Merdeka Belajar: Definisi, Karakteristik, Keunggulan, Tujuan, Konsep
Hingga Tahapan Implementasi
Merdeka belajar yaitu salah satu upaya kemerdekaan dalam berpikir dan
berekspresi. Pada dasarnya program merdeka belajar ini memiliki tujuan untuk
memerdekakan guru dan siswa. Ini sejalan dengan semangat Ki Hajar Dewantara
yaitu memerdekakan manusia khususnya dalam hal pendidikan. Lebih lanjut,
simak penjelasan mengenai kurikulum ini.
Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar?
Kurikulum merdeka belajar Kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler
yang beragam. Dengan kurikulum ini maka pembelajaran akan lebih maksimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat
kompetensinya.
Melalui kurikulum ini, maka guru bisa memilih perangkat ajar untuk
menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat dari masing-masing peserta didik.
Kurikulum baru 2021 ini nantinya akan digunakan untuk seluruh satuan pendidikan
mulai dari PAUD hingga SMA/SMK maupun Pendidikan Khusus dan Kesetaraan.
Terdapat perbedaan Merdeka Belajar dengan kurikulum sebelumnya.
Kurikulum ini menjadi opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama
2022-2024. Selain itu, Kemendikbud Ristek juga akan melakukan pengkajian ulang
di tahun 2024 mendatang.
Project untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila kemudian
dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Project tersebut tidak ditujukan untuk mencapai target pembelajaran tertentu.
Dengan demikian tidak akan terikat pada konten mata pelajaran tertentu
juga.
Karakteristik Merdeka Belajar
Merdeka belajar dikembangkan dengan
lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial serta pengembangan karakter
dan kompetensi peserta
didik. Berikut ini beberapa karakteristik maupun karakteristik merdeka
belajar yang diterapkan, antara lain:
- Pembelajaran
yang digunakan berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter
sesuai dengan profil belajar Pancasila.
- Fokus
terhadap materi esensial sehingga terdapat waktu untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar. Contohnya literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas
guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
Keunggulan Kurikulum Merdeka
Belajar
Penerapan kurikulum ini memiliki
beberapa keunggulan yang akan didapatkan. Beberapa keunggulan tersebut antara
lain:
- Materi
yang diajarkan lebih sederhana, mendalam, dan fokus terhadap materi
esensial saja. Oleh karena itu, peserta didik bisa belajar secara lebih
mendalam dan tidak terburu-buru dalam proses pembelajaran sehingga akan
lebih paham dengan apa yang dipelajari.
- Guru
lebih leluasa untuk mengajar sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan
peserta didik. Selain itu, sekolah juga memiliki wewenang untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan dan peserta
didik.
- Lebih
relevan dan interaktif karena pembelajaran melalui kegiatan proyek yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dan
mengeksplorasi isu-isu aktual.
Tujuan Merdeka Belajar
Merespon kebutuhan sistem pendidikan
pada era revolusi industri 4.0, maka Kemendikbud meresmikan kurikulum Merdeka
Belajar. Pada prinsipnya tujuan merdeka belajar diterapkan yaitu
untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0.
Sebelum penerapan kurikulum ini,
pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan berbagai sarana penunjang khusus
infrastruktur pendidikan. Khususnya di bidang informasi dan teknologi
terbarukan. Tidak hanya itu, namun juga melakukan revolusi pendidikan di
seluruh jenjang pendidikan melalui konsep merdeka belajar secara
menyeluruh.
Konsep Kurikulum Merdeka
Belajar
Kurikulum ini tentu tidak digagaskan
secara sembarangan dan asal-asalan. Terdapat beberapa konsep khusus yang
menjadi ciri dari kurikulum ini sehingga mampu menjadikan pendidikan lebih maju
dari sebelumnya. Beberapa konsep tersebut antara lain:
1. Asesmen Kompetensi Minimum
Dengan kurikulum ini, diharapkan
setiap siswa mampu mengembangkan kemampuan literasi serta numerik yang
dimiliki. Tentunya dengan dasar penilaian yang dilihat dari kemampuan melakukan
analisa serta berpikir kritis melalui kemampuan analisa kognitif setiap siswa.
2. Survey Karakter Siswa
Proses penilaian yang dilakukan
pemerintah tidak hanya berbasis pada tingkat kualitas pendidikan di
masing-masing sekolah. Namun juga infrastruktur pendidikan dan ekosistem
pendidikan setiap sekolah.
3. Penilaian Hasil Belajar
Konsep berikutnya yaitu metode
penilaian yang tidak hanya berdasarkan hasil ujian nasional saja. Namun juga
melalui hasil portofolio dan penugasan. Hal ini karena siswa diberikan
kebebasan untuk mengembangkan diri dan bakat yang dimiliki.
4. Kualitas Pendidikan Yang Merata
Merdeka belajar ini memiliki konsep yang mengedepankan keadilan dalam hal pemerataan
kualitas pendidikan secara menyeluruh. Hal ini diwujudkan melalui kebijakan
afirmasi maupun pemberian kuota secara khusus bagi siswa.
Tahapan Implementasi Penerapan
Kurikulum Merdeka Belajar
Terkait pilihan implementasi
kurikulum ini, Kemendikbud telah menyiapkan jalur untuk membantu tahap kesiapan
setiap satuan pendidikan. 3 jalur tersebut sudah disesuaikan dengan kondisi dan
situasi dari masing-masing satuan pendidikan.
- Mandiri
Belajar: memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan
kurikulum ini. Namun meskipun demikian tidak mengganti kurikulum yang
sedang diterapkan pada satuan pendidikan tersebut.
- Mandiri
Berubah: kurikulum ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan untuk
menerapkan kurikulum merdeka dengan tetap menggunakan perangkat ajar yang
sudah disediakan.
- Mandiri
Berbagi: sekolah bisa mengembangkan sendiri perangkat ajar dalam proses
penerapan kurikulum ini. Jalur ini memberikan kebebasan terhadap satuan
pendidikan dalam menerapkan kurikulum ini dengan pengembangan mandiri
terhadap perangkat ajar yang telah digunakan.
Merdeka belajar dianggap sebagai kurikulum yang paling aplikatif. Ini sangat cocok
apabila diterapkan dalam meningkatkan pembangunan pendidikan berbasis industri
4.0. Pendidikan dengan basis industri 4.0 sepenuhnya memanfaatkan data
teknologi sebagai industri masa depan.
Sumber dan referensi :
3.3 GURU MERDEKA MENGAJAR
“Di saat guru menggenggam
jiwa merdeka ke dalam kelas, para siswa pun akan terbawa. Dengan jiwa merdeka
itu, anak akan terasah kreativitasnya, mereka tumbuh menjadi pribadi yang
merdeka, bertanggung jawab dan sehat fisik serta mental”.
Ki Hajar Dewantara,
dalam salah satu ajarannya menyatakan bahwa jiwa merdeka diperlukan dalam
menjalankan pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian anak bangsa.
Azas kemerdekaan sendiri merupakan darma kedua dari Pancadarma Taman
Siswa. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa jiwa yang merdeka dimaknai sebagai
kepemilikan hak untuk bebas melakukan sesuatu. Merdeka dan bebas di sini
dilakukan secara bertanggung jawab. Dengan demikian meskipun menyandang status
sebagai jiwa merdeka, kita masih dibatasi oleh norma yang berlaku di masyarakat,
sehingga tidak berbuat ‘seenak hati’.
Dalam kenyataannya,
profesi guru belum sepenuhnya merdeka. Sistem pendidikan di Indonesia dirasa
masih memberikan belenggu kepada guru. Padahal semestinya guru harus merdeka
dalam hal cara mengajar, seperti bebas menentukan metode belajar. Merdeka
mengajar diharapkan mampu menghantarkan siswa ke arah yang lebih baik. Siswa
yang merdeka belajar nantinya dapat memimpin dirinya sendiri, keluarga dan
bangsanya.
Theofilus Woge,
seorang guru dari Flores yang telah berpengalaman mengajar selama 35 tahun
membuat klasifikasi seperti apa guru yang merdeka itu. Dalam bukunya “Menjadi
Guru Merdeka”, ia mengatakan bahwa ciri-ciri guru yang merdeka, yaitu: Guru
yang bebas dari: (1) rasa takut, (2) ingin menjadi seperti, (3)
ketergantungan kepada pihak lain. Guru yang bebas untuk: (1) mencari
kedalaman diri, (2) mengambil bukan hanya kesimpulan tetapi kedalaman dan
kearifan, (3) mengembangkan kedalaman tugasnya, (4) mengembangkan profesinya,
(5) mengemukakan pendapat dan berorganisasi, (6) menjaga harga diri, dan (7)
memberdayakan.
Sayangnya,
‘kaku’nya tradisi dan sistim pendidikan membuat guru terbelenggu. Guru menjadi
tidak merdeka. Guru ketakutan untuk dinilai, untuk selalu dianggap berhasil,
untuk patuh kepada atasannya.
Belenggu lainnya,
yang mungkin biasa menimpa seorang guru, misalnya ketika memiliki tugas
tambahan, entah sebagai wakil kepala sekolah, pustawakan maupun bendahara
sekolah. Secara tidak langsung, tugas tambahan tersebut menyita waktu dan
tenaga yang seharusnya diberikan untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa.
Adapula guru yang tidak merdeka melakukan inovasi karena adanya teman sejawat
yang tidak mendukung, alih-alih bekerjasama mengembangkan metode pembelajaran.
Guru tersebut seakan mendapat perundungan.
Hambatan lain yang
menyebabkan jiwa guru tidak merdeka adalah tentang memberi penilaian kepada
siswa. Sistem yang ada mengharuskan guru tidak boleh memberi nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sangat berbeda dengan dulu di mana guru
dapat menorehkan nilai merah di laporan belajar siswa. Rasa bimbang menyerang
para guru yang ingin memberikan nilai apa adanya kepada siswa yang memang tidak
tuntas, dengan catatan sudah melakukan pengayaan. Bagaimana siswa memahami
sejauh mana ketercapaian belajarnya jika menilai pun masih diatur.
Di saat guru
menggenggam jiwa merdeka ke dalam kelas, para siswa pun akan terbawa. Dengan
jiwa merdeka itu, anak akan terasah kreativitasnya, mereka tumbuh menjadi
pribadi yang merdeka, bertanggung jawab dan sehat fisik serta mental.
#Febuari ceria PGRI
# PGRI semakin jaya dan Abadi.
# Hari ke dua puluh delapan.
Komentar
Posting Komentar